PERANG TELUK I
Ada begitu banyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya Perang
antara Irak dengan Iran atau sering dikenal dengan sebutan Perang Teluk
I. Perang ini pecah pada 22 September 1980 dan sampai sekarang pun belum
berakhir. Adapun faktor-faktor yang melatarbelakangi timbulnya perang Irak-Iran
antara lain :
Walaupun perang Iran-Irak yang dimulai dari tahun 1980-1988 merupakan
perang yang terjadi di wilayah Teluk Persia, akar dari masalah ini sebenarnya
dimulai lebih dari berabad-abad silam. Berlarut-larutnya permusuhan yang
terjadi antara kerajaan Mesopotamia (terletak di lembah sungai
Tigris-Eufrat, yang kini menjadi sebuah negara Irak modern)
dengan kerajaan Persia atau negara Iran modern.
Yang pertama ialah persaingan dsn ketegangan Bangsa Arab dan Bangsa Parsi, yang
kedua ialah masalah minoritas etnis dan yang ketiga ialah Orientasi politik
luar negeri yang berbeda.
2) Memperebutkan daerah yang kaya kekayaan
alam, Sengketa Atas Sungai Shatt al-Arab & Khuzestan
Sungai dengan panjang kurang lebih 200 km yang terbentuk dari pertemuan
Sungai Efrat & Tigris di kota Al-Qurnah, Irak selatan, di mana bagian akhir
dari sungai yang mengarah ke Teluk Persia tersebut terletak di perbatasan Irak
dan Iran. Sungai tersebut berperan penting bagi Irak karena
merupakan satu-satunya jalan keluar negara tersebut ke laut.
Karena letaknya yang berada di perbatasan dan posisi strategisnya yang
mengarah ke Teluk Persia, sungai tersebut menjadi bahan sengketa Irak dan Iran.
Sebelum perang antara kedua meletus, sejak tahun 1975 sungai tersebut menjadi
milik kedua negara di mana batasnya adalah pada titik terendah sungai
berdasarkan kesepakatan yang dikenal sebagaiPersetujuan Aljir / Algiers.
Wilayah lain yang menjadi sengketa kedua negara adalah provinsi
Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut selama ini menjadi
wilayah Iran, namun sejak tahun 1969 Irak mengklaim bahwa Khuzestan berada di
tanah Irak dan wilayah tersebut diserahkan ke Iran ketika Irak dijajah oleh
Inggris. Dengan begitu maka mereka saling meng-klaim sebagai wilayah mereka
masing-masing.
3) Munculnya Revolusi
Islam di Iran.
Saddam Anti Iran.
Alm. Saddam Hussain
adalah seseorang yang anti-Iran, dilihat dari sejarah hidupnya
Disamping itu pada tahun 1979 terjadi Revolusi Islam Iran. Hal
inilah yang menjadi kekhawatiran pemimpin Irak yaitu Saddam Hussain atas
perlawanan golongan Syah yang dibawa Imam Khomeini dalam revolusi Iran ini.
Revolusi ini merupakan revolusi pemerintahan di mana rezim kerajaan
Pahlevi yang dianggap sebagai rezim boneka Amerika serikat tumbang
dan digantikan oleh sistem Republik Islam. Pasca revolusi tersebut, muncul
kekhawatiran di kalangan nasionalis Arab dan muslim Sunni bahwa revolusi
tersebut akan menyebar ke negara-negara Arab di sekitarnya. Kekhawatiran
terbesar terutama datang dari Irak yang wilayahnya memang bersebelahan dengan
Iran dan memiliki minoritas Syiah di wilayahnya.
Ayatullah Khomeini, pemimpin revolusi Islam di Iran, memang memiliki
impian untuk menyebarkan pengaruh revolusinya ke negara-negara Arab lainnya. Pertengahan
tahun 1980, Khomeini menyebut bahwa pemerintahan sekuler Irak adalah
pemerintahan boneka setan dan masyarakat muslim di Irak sebaiknya bersatu untuk
mewujudkan revolusi Islam seperti di Iran. Pernyataan Khomeini tersebut
sekaligus sebagai respon dari pernyataan Saddam pasca revolusi Islam Iran yang
menyatakan bahwa bangsa Persia (Iran) tidak akan berhasil membalas dendam
kepada bangsa Arab sejak Pertempuran al-Qadisiyyah, pertempuran pada abad ke-7
yang dimenangkan oleh bangsa Arab sekaligus menumbangkan Kerajaan Persia kuno.
Irak di bawah kendali Saddam Hussein dan Partai Baath memiliki
ambisi untuk menjadi kekuatan dominan di wilayah Arab di bawah bendera
pan-Arabisme sejak meninggalnya Presiden Mesir, Gamal A. Nasser. Revolusi Islam
yang terjadi di Iran tersebut dianggap sebagai penghalang karena bertentangan
dengan prinsip nasionalisme sekuler Arab. Selain untuk mencegah menyebarnya
revolusi Islam, Irak juga berusaha mengambil keuntungan dengan kondisi internal
Iran yang tidak stabil pasca revolusi Islam untuk merebut wilayah-wilayah yang
menjadi bahan sengketa dengan Iran dan menambah sumber minyak Irak.
Dengan kekhawatiran-khekawatiran tersebut maka tak heran jika muncul
tindakan-tindakan yang membawa ketegangan dan menimbulkan peperangan pada
puncaknya.
2. Percobaan Pembunuhan Terhadap Pejabat
Irak
Pertengahan tahun 1980, terjadi percobaan pembunuhan kepada Deputi Perdana
menteri Irak, Tariq Aziz. Irak segera bertindak dengan menangkap
sejumlah orang yang diduga terlibat atas percobaan pembunuhan tersebut
dan mendeportasi ribuan warga Syiah berdarah Iran keluar dari Irak.
Pemimpin Irak, Saddam Hussein, menyalahkan Iran sambil menyebut ada agen Iran
yang terlibat dalam peristiwa tersebut. Hal inilah yang menjadi salah satu
faktor pendorong meletusnya perang Irak-Iran.
B. PERIODE PEPERANGAN
Perang ini terbagi dalam beberapa alur atau periode tahun, dimana setiap
periode tersebut mempunyai makna sendiri bagi masing-masing negara karena
menjadi ajang balas dendam atas serangan-serangan yang saling dilancarkan.
Adapun babak-babak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Pereode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan
oleh Irak )
Irak mempunyai sasaran yang jelas terhadap Iran. Ada 2 objektif Irak dalam
serangannya ke Iran :
a. Menguasai wilayah-wilayah strategis
serta kaya minyak di Iran
b. Mencegah tersebarnya revolusi Islam di
wilayah tersebut.
Dalam serangannya,
Irak menginginkan kemenangan cepat atas Iran dengan memanfaatkan situasi
internal Iran yang masih belum stabil pasca revolusi Islam. Irak juga berharap
bahwa masyarakat di Iran akan menyalahkan pemerintahan baru Iran dan kemudian
sebagian dari mereka terutama dari golongan Arab Sunni akan membelot
kepada Irak.
· Berikut serangan-serangan yang
dilancarkan Irak terhadap Iran :
a) Tanggal 22 September 1980, jet-jet tempur Irak
menyerang 10 pangkalan udara milik Iran dengan tujuan menghancurkan pesawat
tempur Iran di darat, taktik yang dipelajari dari kemenangan Israel atas Arab
dalam Perang 6 Hari. Serangan dari pasukan udara Irak berhasil menghancurkan
gudang amunisi serta jalur transportasi darat, namun sebagian besar pesawat
Iran tetap utuh karena terlindung dalam hanggar yang terproteksi khusus.
Kegagalan Irak menghancurkan pesawat-pesawat tempur Iran dalam serangan kejutan
tersebut memberi peluang bagi Iran untuk melancarkan serangan udara balasan ke
Irak.
b) Tanggal 23 september 1980, Irak melakukan
serangan darat ke wilayah Iran dari 3 front sekaligus. Inti dari serangan
tersebut adalah untuk menguasai Khuzestan dan Shatt al-Arab di mana 4 dari 6
divisi pasukan Irak dalam penyerbuan dikirim untuk menguasai kedua wilayah
tersebut. Sisanya dipecah jadi 2 untuk menguasai front utara (Qasr-e Shirin)
dan front tengah (Mehran) untuk mengantisipasi serangan balik yang mungkin
dilakukan oleh Iran. Hasilnya, usai serangan mendadak itu Irak berhasil
menguasai wilayah Iran seluas 1.000 km persegi.
Bulan November 1980, pasukan Irak melancarkan serangan ke 2 kota penting
yang strategis di Iran selatan, Shabadan dan Khorramshahr. Dalam penyerbuannya
itu, pasukan Irak mendapat perlawanan sengit dari pasukan Pasadan (Garda
Revolusi) Iran. Kedua kota tersebut akhirnya berhasil dikuasai Irak pada
tanggal 10 November 1980.
Berikut beberapa serangan balasan dari Iran terhadap
serangan Irak :
1) Awal tahun 1981,Iran yang tertekan
sempat berusaha melakukan serangan balasan kepada Irak, namun gagal karena
presiden Iran, Bani Sadr, nekat memimpin langsung pasukan
reguler Iran sekalipun dia hanya memiliki pengetahuan militer yang minim. Ia
mengirimkan 3 resimen pasukan reguler tanpa didukung oleh Pasadar dan tidak
memperhitungkan waktu serangan di waktu hujan yang bakal menyulitkan suplai
logistik. Akibatnya, pasukan Iran dikepung pasukan Irak dan banyak dari
kendaraan lapis baja Iran yang hancur atau perlu ditinggalkan karena terjebak
dalam lumpur.
2) Pesawat-pesawat F-4 milik Iran melakukan
serangan ke wilayah Irak dan secara efektif berhasil melumpuhkan sejumlah titik
penting di Irak. Keberhasilan tersebut membuat pasukan udara Iran terlihat
lebih superior dibanding pasukan udara Irak. Namun, kurangnya amunisi dan suku
cadang yang hanya bisa didapatkan dari AS mantan sekutu Iran yang berbalik
memusuhi mereka pasca revolusi Islam membuat Iran lebih banyak
memakai helikopter yang dipasangi persenjataan darat sebagai pendukung dari
udara.
2. Periode Tahun 1982-1984 (
Titik Balik Mundurnya Irak )
Tak disangka militer Irak yang tadinya dianggap tak terkalahkan oleh
militer Iran teranyata situasi bisa berubah. Titik balik bagi Iran terjadi
kerena Iran tidak tinggal diam dan segera melakukan serangan dengan berbagai
Operasi Militer, antara lain :
a) Bulan Maret 1982, dalam operasi
militernya di bawah kode sandi Operasi Kemenangan yang Tak Dapat Disangkal (Operation
Undeniable Victory). Dalam operasi militer itu, pasukan gabungan Pasadan-Basij
milik Iran berhasil menembus garis depan pasukan Irak yang sebelumnya dianggap
tidak bisa ditembus dan memecah pasukan Irak di utara dan selatan Khuzestan
sehingga pasukan Irak terpaksa mundur.
Hasil dari Operasi ini antara lain :
Ø Bulan Mei 1982, Iran
berhasil merebut kembali wilayah Khorramshahr.
Dalam pertempuran di
wilayah tersebut, Irak kehilangan 7.000 tentara, sementara Iran 10.000 sehingga
menjadikan pertempuran itu sebagai salah satu pertempuran paling berdarah dalam
inisiatif serangan balik Iran.
Ø Sejak kemenangan
tersebut, Iran berganti menjadi pihak yang menekan Irak & pada bulan Juni
berhasil mendapatkan kembali seluruh wilayahnya yang sebelumnya dikuasai oleh
Irak.
Ø Saddan Hussein yang
melihat bahwa moral pasukannya sudah terlanjur runtuh akibat serangkaian
kekalahan melawan Iran pun menyatakan akan segera menarik seluruh pasukannya
dari Iran dan menawarkan gencatan senjata kepada Iran. Tawaran gencatan senjata
itu mencakup pembayaran ganti rugi perang sebesar 70 juta dollar AS oleh
negara-negara Arab. Iran menolak tawaran gencatan senjata tersebut dan
menyatakan bahwa mereka akan menyerbu Irak dan tidak akan berhenti sampai rezim
yang berkuasa di Irak digantikan oleh rezim pemerintahan republik Islam.
b) Bulan Juli 1982, Iran melancarkan serangannya
ke kota Basra, Irak, di bawah kode sandi "Operasi Ramadhan".
Dalam serangan tersebut, puluhan ribu anggota Basij dan Pasdaran mengorbankan
diri mereka dengan berlari melewati ladang ranjau untuk memberi jalan bagi
tank-tank di belakangnya di mana selain menghadapi bahaya ranjau, mereka juga
dihujani tembakan artileri pasukan Irak.Irak berhasil mencegah Iran merengsek
lebih jauh berkat kegtangguhan persenjataannya di garis pertahanan, namun Irak
juga harus kehilangan sejumlah kecil wilayah karena dikuasai Iran.
Keberhasilan Iran memukul balik Irak dan berbalik menjadi negara penyerbu
membawa kekhawatiran tersendiri bagi AS yang memutuskan untuk membantu Irak
sejak tahun 1982. Presiden AS Ronald Reagan menyatakan bahwa
AS akan berusaha dengan cara apapun untuk mencegah Irak kalah. Bantuan AS
beserta negara-negara sekutunya ke Irak yang diketahui mencakup bantuan
teknologi, alutsista, dan intelijen. Dukungan untuk Irak juga datang dari Uni
Soviet dan Liga Arab.
Karena keberpihakan terang-terangan AS ke Irak, maka cukup mengejutkan
ketika AS diketahui juga membantu Iran dengan jalan menjual persenjataan ke
Iran secara diam-diam. Hal tersebut dilakukan untuk mencegah dominasi dari
pihak pemenang di kawasan tersebut.
c) Penyerbuan tahun 1983, Iran melakukan 3
penyerbuan besar yang disusul 2 penyerbuan lainnya dengan mengerahkan ratusan
ribu personil tentaranya. Iran sempat berhasil menembus garis pertahanan Irak,
namun Irak berhasil memukul balik Iran dengan melakukan serangan udara mendadak
secara besar-besaran. Hingga akhir tahun 1983, tercatat 120.000 personil Iran
dan 60.000 personil Irak tewas dalam peperangan..
d) Bulan Februari 1984, Iran menggelar
"Operasi Fajar (Operation Dawn) 5 dan 6" yang ditargetkan ke kota Kut
al-Amara dengan tujuan memotong jalur perairan yang menghubungkan Baghdad dan
Basra. Dalam kedua operasi militer itu, Iran mengerahkan 500.000 personil Basij
dan Pasdaran. Pertempuran dalam Operasi Fajar sekaligus menjadi seperti
head-to-head kekuatan militer yang dominan di masing-masing negara. Iran unggul
jumlah tentara tapi kekurangan alutsista pendukung macam pasukan udara dan
artileri, sementara Irak kalah jauh dalam hal jumlah tentara tapi unggul dalam
hal alutsista. Periode antara tanggal 29 Februari hingga 1 Maret merupakan
salah satu episode pertempuran terbesar dalam Perang Irak-Iran di mana dalam
pertempuran itu, masing-masing pihak kehilangan 20.000 tentaranya.
Bulan Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut - termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun, pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut hingga menjelang akhir perang. Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran dan kota-kota penting di Iran lainnya usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya dan bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, dan Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam arah peperangan dan sekalipun wilayahnya diserang, di tahun itu Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badr"
Bulan Februari hingga Maret 1984 di bawah kode sandi "Operasi Khaibar" dengan memakai sejumlah serangan pendobrak ke Kota Basra. Agresi militer tersebut berujung keberhasilan pasukan Iran merebut Pulau Majnun yang kaya minyak. Irak sempat melancarkan serangan balik untuk merebut wilayah tersebut - termasuk dengan memakai senjata kimia. Namun, pasukan Iran tetap berhasil mempertahankan pulau tersebut hingga menjelang akhir perang. Walaupun berada pada posisi tertekan, pada tahun 1985 Irak masih sempat melakukan penyerbuan balik ke Iran dengan menyerang Tehran dan kota-kota penting di Iran lainnya usai mendapatkan bantuan finansial dari negara-negara Arab sekutunya dan bantuan alutsista terbaru dari Uni Soviet, Cina, dan Perancis. Serangan Irak tersebut tidak membawa perubahan yang signifikan dalam arah peperangan dan sekalipun wilayahnya diserang, di tahun itu Iran tetap melakukan penyerbuan ke wilayah Irak di bawah kode sandi "Operasi Badr"
3. Periode Tahun 1984-1988 (
Perang Tanker )
Tahun 1984, Irak yang baru mendapat bantuan pesawat tempur Super Etentard
terbaru dari Perancis melakukan operasi militer di laut mulai dari
muara Shatt el-Arab hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi
militer tersebut adalah semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah
operasi militer, baik itu kapal berbendera Iran maupun kapal netral yang dari
atau menuju Tehran. Tujuannya adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan
mempengaruhi ekonominya sehingga Iran mau berunding dengan Irak. Kebijakan
militer Irak tersebut lalu mengawali babak baru dalam perang yang dikenal
sebagaiPerang Tanker.
a) Perang Tangker Fase I
Sebenarnya perang tanker sudah dimulai sejak tahun 1981 di mana pasukan
laut Irak saat itu menargetkan titik-titik penting milik Iran di laut seperti
pelabuhan dan kilang minyak. Dalam operasi militernya di laut tersebut, Irak
lebih banyak memakai angkatan udaranya untuk melakukan serangan. Perang
Tanker fase I tersebut berlangsung selama 2 tahun setelah baik Irak
maupun Iran kekurangan armada kapal untuk meneruskan operasi militernya. Baru
pada tahun 1984, Irak memutuskan untuk kembali melakukan operasi militer di
laut sekaligus mengawali babak baru Perang Tanker fase II.
b) Perang tanker fase II
Dimulai ketika Irak
menyerang kapal berbendera Yunani di sebelah selatan Kepulauan Khark pada bulan
Maret 1984. Iran lantas membalasnya dengan menyerang kapal-kapal berbendera
Kuwait di dekat Bahrain dan Arab Saudi di perairan Arab Saudi sendiri sekaligus
memberi peringatan bahwa jika Irak tetap nekat melanjutkan perang tanker, tak
akan ada kapal milik negara Teluk yang selamat. Suatu ancaman yang dampaknya
tidak ringan karena berpotensi melumpuhkan aktivitas pengangkutan minyak mentah
di kawasan tersebut.
Upaya Irak untuk memblokade jalur transportasi minyak Iran gagal
melumpuhkan ekonomi Iran karena ketika Irak memblokade kawasan teluk, Iran
hanya memindahkan pelabuhannya ke Kepulauan Larakdi dekat Hormuz sehingga aktivitas
ekspor minyaknya relatif tidak terganggu. Di lain pihak, justru Irak yang
perekonomiannya terancam setelah Suriah, sekutu Iran saat itu, memblokade pipa
minyak Irak ke Mediterania sejak tahun 1982. Sebagai antisipasinya, Irak
mengalihkan aktivitas ekspor minyaknya lewat Kuwait dan jalur pipa minyak baru
dibangun melewati Laut Merah serta Turki.
4. Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya
AS )
Dampak dari perang
Tanker
Situasi perang tanker yang semakin membabi buta karena ikut menargetkan kapal-kapal
tanker dari negara-negara yang netral membuat Kuwait meminta bantuan pihak
internasional pada tahun 1986. Uni Soviet adalah negara pertama yang merespon
dengan mengirimkan kapal-kapal perangnya untuk mengawal kapal tanker Kuwait.
Kebijakan Uni Soviet lalu diikuti oleh AS pada tahun 1987 yang sebenarnya sudah
didekati Kuwait lebih dulu.
Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang Irak-Iran sebenarnya
disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak
sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Irak meminta maaf kepada AS sambil
mengatakan bahwa itu adalah kecelakaan dan permintaan maaf Irak diterima oleh
AS. Ironisnya, sesudah insiden itu AS justru menyalahkan Iran dengan alasan
Iranlah yang menyebabkan peperangan semakin berkobar. Tuduhan AS lalu diikuti
tindakan AS mengirim armada lautnya untuk mengawal kapal-kapal tanker milik
Kuwait yang mengibarkan bendera AS.
Tujuan utama AS dalam penerjunan armada lautnya di sekitar Teluk adalah
untuk mengisolasi Iran dan menjaga agar kapal-kapal bebas berlayar di sana. AS
baru melancarkan serangan langsung ke Iran dengan menghancurkan kilang minyak
Iran di ladang minyak Rostam setelah pasukan Iran menenggelamkan kapal tanker
Kuwait berbendera AS, Sea Isle City. Setahun kemudian, tepatnya bulan April
1988, AS kembali menyerang kilang minyak & kapal-kapal perang Iran setelah
kapal perangnya, USS Samuel B. Roberts, tenggelam akibat ranjau laut Iran.
5. Periode Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Pada tahun 1988, arah pertempuran mulai kembali ke arah Irak di mana Irak
berhasil meraih beberapa kemenangan penting atas Iran. Dalam pertempuran pada
kurun waktu tersebut, Irak juga berhasil merebut sejumlah besar alutsista milik
Iran dan menguasai kembali Semenanjung Al-Faw serta Kepulauan Majnun yang kaya
minyak. Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan
PBB 598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun
pada tanggal 20 Agustus 1988.
C. DAMPAK PERANG TELUK I ( IRAK-IRAN ) 1980-1988
Tak dapat dipungkiri bahwa semua perang terutama perang fisik tentulah
berakibat pada jatuhnya korban jiwa. Dalam Perang Iran-Irak ini tidak hanya
dirasakan oleh satu pihak saja tetapi oleh keduanya. Adapun dampak kerugian
dari Perang Irak-Iran ini antara lain :
1) Kerugian besar bagi kedua belah pihak,
dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara
diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS.
2) Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas
Irak mungkin mencapai 200.000 jiwa lebih, sementara Iran mencapai 1 juta jiwa
sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak mengorbankan tentaranya
untuk berhadap-hadapan langsung dengan moncong senjata musuh. Jumlah tersebut
belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka parah dan penyakit,
termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang berdampak jangka panjang. .
3) Jumlah kerugian lebih besar harus
ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk
menambah persenjataan.
4) Pembangunan ekonomi menjadi terhambat
dan ekspor minyak kedua negara terganggu
5) Selain kerugian materi dan korban jiwa,
tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan
sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara
juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap
dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada
perairan.
KESIMPULAN
Perang Iran-Irak juga dikenali sebagai Pertahanan Suci dan Perang
Revolusi Iran di Iran, dan Qadisiyyah Saddam) di Irak, adalah perang
di antara Irak dan Iran yang bermula pada bulan September 1980 dan berakhir
pada bulan Agustus 1988. Umumnya, perang ini dikenali sebagaiPerang Teluk I.
Perang ini pecah karena dilatarbelakangi antara lain :
1) Perseteruan historis antara negeri
Mesopotamia (sekarang Iraq), dengan Persia (sekarang Iran). Antara lain yaitu
masalah ketegangan akibat ketatnya persaingan, menoritas etnis, dan juga
orientasi politik luar negeri yang berbeda.
2) Sengketa atas Sungai Shatt
al-Arab dan Khuzestan yang kaya akan hasil minyaknya. Hasil minyak ini sangat
menguntungkan dan menimbulkan daya terik setiap negara.
3) Munculnya Revolusi
Islam di Iran yang notabene Saddam Hussein ialah AntiIran.
3. Percobaan Pembunuhan
Terhadap Pejabat Irak
Kemudian terkait dengan jalannya perang Teluk I ini, maka di bagi menjadi
beberapa periode antara lain :
1) Pereode Tahun 1980-1982 ( Penyerbuan
oleh Irak )
Irak melakukan
berbagai serangan terhadap Iran guna menguasai wilayah dan mencegah Revolusi
Islam Iran.
2) Periode Tahun 1982-1984 (
Titik Balik Mundurnya Irak )
Iran tidak
tinggal diam. Iran balas melancarkan berbagai Operasi militer untuk membalas
serangan-serangan dari Irak. Dan hal tersebut telah berhasil memukul mundur
tentara militer Irak.
3) Periode Tahun 1984-1988 (
Perang Tanker )
Tahun 1984, berkat bantuan pesawat tempur Super Etentard terbaru dari
Perancis, Irak melakukan operasi militer di laut mulai dari muara Shatt el-Arab
hingga pelabuhan Iran di Bushehr. Target dari operasi militer tersebut adalah
semua kapal yang bukan berbendera Irak di wilayah operasi militer. Tujuannya
adalah untuk memblokade ekpsor minyak Iran dan mempengaruhi ekonominya sehingga
Iran mau berunding dengan Irak.
4) Periode Tahun 1987-1988 ( Ikut Campurnya
AS )
Dampak dari perang
Tanker.
Faktor pendorong utama ikut campurnya AS dalam Perang Irak-Iran sebenarnya
disebabkan karena kapal perangnya ditenggelamkan oleh pesawat tempur Irak
sehingga 13 awak kapalnya meninggal. Akhirnya AS menerjunakann armada lautnya
di sekitar Teluk adalah untuk mengisolasi Iran dan menjaga agar kapal-kapal
bebas berlayar di sana.
5) Periode Tahun 1988 ( Gencatan Senjata )
Perang akhirnya berakhir setelah Iran menerima Resolusi Dewan Keamanan PBB
598 dan secara resmi mengakhiri perang yang sudah terjadi selama 8 tahun pada
tanggal 20 Agustus 1988.
Dampak Kerugian Perang
Irak-Iran ini, antara lain :
a) Kerugian besar bagi kedua belah pihak,
dari segi material jumlah kerugian material bagi masing-masing negara
diperkirakan mencapai 500 juta dollar AS.
Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000
Jumlah korban jiwa, jumlah korban tewas Irak mungkin mencapai 200.000
jiwa lebih, sementara
Iran mencapai 1 juta jiwa sebagai akibat dari taktik militer Iran yang banyak
mengorbankan tentaranya untuk berhadap hadapan langsung dengan moncong senjata
musuh.
Jumlah tersebut belum termasuk mereka yang meninggal kemudian akibat luka
parah dan penyakit, termasuk akibat penggunaan senjata kimia Irak yang
berdampak jangka panjang. .
c) Jumlah kerugian lebih besar harus
ditanggung Irak yang selama perang memang aktif mencari pinjaman uang untuk
menambah persenjataan.
d) Pembangunan ekonomi menjadi terhambat
dan ekspor minyak kedua negara terganggu
e) Selain kerugian materi dan korban jiwa,
tidak ada perubahan berarti pasca perang. Wilayah-wilayah yang menjadi bahan
sengketa statusnya kembali seperti sebelum perang dan batas antara kedua negara
juga tidak banyak berubah. Wilayah perairan Shatt al-Arab contohnya, tetap
dibagi menjadi milik kedua negara dengan batasnya adalah titik terdalam pada
perairan.
f) Selain itu, perang Irak-Iran ini
menimbulkan polarisasi sikap negara-negara arab. Mereka ikut khawatir melihat
pertikaian antara dua negara ini. Negara arab pada umumnya
tidak suka terhadap Iran dan cenderung memihak Irak. Sedangkan Iran sendiri
akan mengancam bagi siapa saja yang membela Irak dan akan memotong jalur minyak
di Teluk Persi dan selat Hornuz, yang artinya akan mengancam pula bagi negara-negara
barat terutama untuk Industrinya yang maju dan berkembang. Dengan begitu
memungkinkan Uni soviet untuk memasuki Iran dan menguasai alur minyaknya
sehingga dapat menundukan Amerika serikatsebagai pesaing Abadinya selama ini
serta negara-negara berkembang lainnya. Tetapi semuanya itu tak dapat dicapai
Uni soviet dengan mudah, karena Amerika serikat juga sudah mengetahui dan
bersiap-siap untuk menaggulangi ancaman itu.
SUMBER:
http://danzberdikari.blogspot.co.id/2012/12/tragedi-perang-berdarah-irak-iran-1980.html
Thanks infonya
BalasHapus