DUNIA PASCA PERANG DINGIN
A. Tentang Perang Dingin
Sisa-sisa Perang Dunia II memunculkan perang
dingin berkepanjangan hampir setengah abad lamanya yang melibatkan banyak
negara di dunia terpisah menjadi dua blok, yakni Blok Timur dan Blok Barat. Dibubarkannya
Pakta Warsawa sebagai pakta pertahanan utama negara-negara Blok Timur dan
diikuti dengan dibubarkannya pula Uni Soviet sebagai negara yang menjadi basis
pertahanan terbesar bagi negara-negara Blok Timur menandakan akhir perang
dingin di mana hampir memunculkan perang nuklir yang sangat mungkin akan dapat
berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup masyarakat dunia.
Perang dingin seakan mewariskan beberapa
masalah internasional yang hingga kini belum juga dapat terselesaikan. Perang
dingin juga memunculkan perang-perang kecil antar etnis, perebutan wilayah, dan
berbagai permasalahan lainnya. Akan tetapi berakhirnya perang dingin juga
membawa keadaan positif yang mana beberapa negara yang dulunya terkekang untuk
berkembang tapi kini mendapat kebebasan dan keleluasaan untuk melakukan
kegiatan politiknya dalam kehidupan negaranya. Berakhirnya perang dingin juga
memunculkan harapan baru, yakni dunia yang damai dan tenteram tanpa merasakan
khawatir tentang bahaya perang.
B. Akhir Masa Perang Dingin
Perang dingin membawa banyak dampak terhadap
banyaknya negara-negara di dunia, baik itu negara yang terlibat langsung mau
pun negara yang tidak terlibat langsung sekalipun. Perang dingin tersebut
dinyatakan berakhir setelah pembubaran Uni Soviet pada akhir tahun 1991.
Berakhirnya perang dingin memunculkan harapan baru bagi masyarakat dunia untuk
mencapai perdamaian dunia tanpa mengalami lagi kekhawatiran atas bahaya perang.
Adapun berbagai ketegangan dan konflik yang menjadi masalah internasional yang
sampai hari ini terjadi sering dikaitkan dengan perang dingin yang pernah
terjadi pada masa lalu.
Istilah perang
dingin yang pertama kali digunakan oleh George Orwell dalam artikelnya yang
pernah dipublikasikan pada tahun 1945 untuk menjelaskan prediksinya tentang
pergolakan dua atau tiga negara raksasa yang memiliki senjata nuklir, dan
istilah ini menjadi sangat populer setelah digunakan oleh Bernard Baruch pada
tahun 1947 untuk menjelaskan tentang ketegangan dunia yang terjadi akibat
perlombaan senjata antara dua negara adikuasa saat itu, yakni Amerika Serikat
dan Uni Soviet.
Perang dingin yang berlangsung dari
tahun 1947 dan berakhir seiring berakhirnya pula pemerintahan komunisme di Uni
Soviet pada 25 Desember 1991 yang mana pada beberapa dekade sebelumnya
negara-negara soviet mengalami politik ke arah liberal (lebih dikenal sebagai
Glasnost dan Perestroika) yang dilakukan oleh Mikhail Gorbachev, pemimpin Uni
Soviet saat itu.
Pakta Warsawa merupakan tonggak dasar kekuatan
Blok Timur pada masa perang dingin. Akan tetapi pakta pertahanan ini berakhir
pada 31 Maret 1991 dan diakhiri secara resmi pada 1 Juli 1991 di Praha, akibat
ketidakpuasan dari masyarakat sipil dari negara-negara Blok Timur.
Negara-negara yang dahulu berada di bawah naungan Pakta Warsawa pasca perang
dingin mulai menentukan nasibnya masing-masing. Beberapa di antara mereka
berpaling dari negara-negara timur lainnya dan malah bergabung dengan NATO.
Sedangkan beberapa negara khususnya bekas pecahan Soviet bergabung pada
Persemakmuran Negara-negara Merdeka (CIS).
C. Tampilnya Amerika Serikat sebagai
Negara Adikuasa di Dunia
Pasca perang dingin di mana Uni Soviet yang
telah berpuluh-puluh tahun menjadi rival Amerika Serikat akhirnya runtuh juga.
Maka Amerika Serikat sebagai satu-satunya negara adidaya di dunia yang kuat
dari segala hal baik itu militer, ekonomi, dan politiknya menyebabkan Amerika
Serikat selalu berusaha tampil di depan dalam setiap permasa lahan
internasional.
Sejak perang dingin, Amerika Serikat selalu
berusaha turut ikut campur dalam perseteruan negara lain, seperti di Korea,
Vietnam, hingga di Perang Teluk di Timur Tengah yang terus berlanjut hingga
sampai saat ini.
1. Perang Teluk di Timur Tengah
Bubarnya Uni Soviet membuat Amerika
Serikat makin percaya diri dalam melakukan politik luar negerinya tanpa perlu
terancam oleh lawan tangguhnya. Awal tahun 1991 adalah masa-masa terakhir dari
kekuatan Uni Soviet di Blok Timur, yang berarti akhir dari masa perang dingin
di dunia. Pada masa suasana timur tengah sedang memanas akibat invasi Irak ke
Kuwait sejak 2 Agustus 1990 yang dipimpin Saddam Hussein. Setelah invasi
tersebut, Dewan Keamanan PBB memberikan sanksi ekonomi terhadap Irak. Bersamaan
dengan hal tersebut pihak PBB yang dipimpin Amerika Serikat mendatangkan
bantuan pasukan melalui Arab Saudi. Selain itu juga, George H.W. Bush (Presiden
Amerika Serikat saat itu) mulai mendesak
para sekutunya untuk membantu Kuwait. Arab Saudi, Inggris, dan Mesir yang juga
didesak oleh Amerika Serikat pada akhirnya mengirim pula bantuan serta pasukan
dalam jumlah besar. Bahkan dalam perang ini Arab Saudi sendiri menyumbang dana
paling besar yakni $29 miliar dari total $82miliar.
Konflik awal dalam mengusir pasukan
Irak ialah dengan melakukan pemboman udara pada tanggal 17 Januari 1991 dan
kemudian diikuti oleh serangan darat pada tanggal 23 Februari ditahun yang
sama. Kedua langkah tersebut adalah kunci kemenangan dari pasukan koalisi yang
berujung pada gencatan senjata pada tanggal 28 Februari 1991.
Dalam perang ini tidak ada data resmi
berapa jumlah pasukan yang ada di wilayah perang. Akan tetapi dari beberapa
sumber mengatakan bahwa ada lebih dari 700.000 pasukan koalisi dan 540.000
diantaranya adalah pasukan dari Amerika Serikat. Selain itu, pasukan Amerika
Serikat yang gugur sendiri mencapa 100 ribu jiwa. Sedangkan dari pihak Irak
hanya 60 ribu jiwa.
Penyebab dari perang ini sebenarnya
berdasarkan dugaan Irak bahwa Kuwait mengontrol turunnya harga minyak dunia
sehingga menyebabkan perekonomian Irak terpuruk. Tapi tentang Amerika Serikat
yang sengaja membantu Kuwait didugaan dengan alasan ekonomi-politik di mana
pihak manapun pun telah menyadari bahwa Irak adalah salah satu penghasil minyak
terbesar di dunia dan Amerika Serikat ingin menguasainya.
Setelah perang ini berakhir, banyak
sekali dampak serta akibat yang terjadi khususnya wilayah Timur Tengah. Perang
Teluk merupakan sebuah awal di mana Amerika Serikat dapat menunjukkan taringnya
di wilayah Timur Tengah dengan segala kekuatannya yang dimiliki sebagai negara
adidaya di dunia.
2. September Hitam 2001
Pada 11 September 2001 lalu di World
Trade Centre, Amerika Serikat, telah memakan banyak korban jiwa, dan kemudian
peristiwa tersebut dituduhkan pada jaringan teroris Al-Qaeda. Rincian
peristiwanya adalah sebegai berikut. Dimulai saat dini hari di tanggal 11
September 2001, para pembajak yang berjumlah 19 orang dan diduga berasal dari
kelompok Al-Qaeda membajak 4 pesawat terbang komersial. Pesawat terbang pertama
adalah United Airlines 175 dan 11 yang berangkat dari Boston dibajak dan
diterbangkan menuju New York, selanjutnya adalah America Airlines 93 dan 77
yang dibajak. Pada saat jam 08.46 waktu setempat, America
Airlines 11 dihantamkan ke menara Utara WTC dan selanjutnya
adalah menara selatan WTC dengan America
Airlines 175. Dua pesawat lainnya yaitu America Airlines 77 berusaha
menabrak Pentagon dan America Airlines 93 jatuh di kawasan hutan Pennsylvania
setelah para penumpang melawan para pembajak. Menurut Amerika Serikat, alasan
pihakAl-Qaeda melakukan penyerangan tersebutkarena mereka tidak suka dengan
kebijakan Amerika Serikat menyangkut Israel yang secara langsung merugikan umat
muslim. Banyak sekali korban yang jatuh dalam kejadian ini dan menurut data
yang ada hanya 1600-an jenazah yang bisa diidentifikasi. Atas kejadian
tersebut, banyak sekali masyarakat dunia yang mencibir Islam karena aksi yang
dilakukan Al-Qaeda sehingga terjadi banyak tindakan kekerasan dan diskriminasi
terhadap warga muslim di dunia.
3. Perjuangan Memerangi Terorisme
Dengan dalih memerangi terorisme,
Amerika Serikat mulai menyerang bumi Afghanistan. Alasan AS melakukan invasi ke
Afghanistan adalah untuk membalas tragedi September Hitam pada 2001 yang
dituduhkan telah dilakukan oleh Al Qaeda dan mereka pun percaya bahwa basis
Al-Qaeda berada di Afghanistan, sehingga mereka merasa perlu untuk menumpas
habis kelompok teroris-teroris tersebut langsung ke Afghanistan.
Penyerangan ke Afghanistan yang
dimulai pada tanggal 7 oktober 2001 ini dinama operasi Enduring freedom. Tujuan
dari operasi ini adalah untuk menangkap Osama Bin Laden yang diduga pemimpin Al
Qaeda serta para kaki tangannya. Dan dalam hitungan minggu, pasukan Amerika
Serikat dengan dibantu pasukan dari Inggris telah mampu menggulingkan kekuasaan
kelompok Taliban di kota Kabul. Beberapa akibat dari invasi ini adalah tidak
adanya pemerintahan resmi milik rakyat Afghanistan. Pada tahun 2004 Amerika
Serikat mendirikan pemerintahan sementara untuk Afghanistan yang dipimpin oleh
Hamid Karzai. Hingga hari ini, pihak Amerika Serikat dan Inggris masih beradu
kekuatan dengan pasukan Taliban di Afghanistan untuk memperebutkan wilayah
kekuasaan.
4. Invasi Amerika Serikat ke Irak
Belum lama penyerangan Amerika
Serikat ke Afghanistan, pada tanggal 20 Maret 2003, Amerika Serikat menyertakan
Inggris, Australia dan Polandia secara sepihak mulai menyerang Irak untuk
meruntuhkan rezim Saddam Hussein dengan alasan bahwa kebijakan politik Irak
dapat mengancam keamanan dunia di mana Irak dituduh telah membuat senjata
rahasia pemusnah masal berbahan dasar biokimia yang berbahaya, yang hingga
akhir ini senjata yang dituduhkan Amerika Serikat atas Irak itu tidak terbukti
keberadaannya. Pada 1 April 2003 pun akhirnya Baghdad pun jatuh ke tangan
Amerika Serikat. Puncaknya adalah saat Saddam Husein berhasil ditangkap pasukan
Amerika Serikat di Tikrit pada tanggal 5 November 2006. dan Saddam pun
dieksekusi mati pada tanggal 30 Desember di tahun yang sama.
Ketika pemerintah Amerika Serikat
diminta oleh banyak pihak untuk menarik pasukannya dari Irak, Presiden Bush
saat itu yang memimpin komando atas invasi ke Irak tersebut malah menjawab
bahwa jika pasukan Amerika Serikat ditarik kembali maka akan memungkinkan
perang antara kaum ekstrim Syiah sokongan Iran dengan kaum ekstrim Suni
dukungan Al-Qaeda. Padahal jelas-jelas terlihat bahwa dengan membiarkan pasukan
Amerika Serikat di Irak tersebut tak lain demi kepentingan politik untuk
menguasai kerajaan minyak dunia.6
D. Kebangkitan Rusia Pasca Komunisme
Rusia merupakan negara pewaris utama
peninggalan Uni Soviet. Setelah dibubarkannya Uni Soviet oleh Mikhail Gorbachev
pada 25 Desember 1991, Rusia mengalami kemelut politik yang mendasar terutama
tentang nasib bangsa yang besar ini. Selama pemerintahan Boris Yeltsin, yaitu
pemimpin Rusia setelah Mikhail Gorbachev, hingga 1993 Rusia masih mencari jalan
mana yang akan dipilih untuk dijadikan acuan ke depannya, apakah kembali pada
sistem imperium Rusia seperti masa lalu, atau melaksanakan sistem sosialisme
soviet, atau malah menggunakan demokrasi barat. Demokrasi sebagai landasan
dalam perestroika memaksa bangsa Rusia sendirilah yang patut memilih jalannya.
Meski secara de jure partai komunis pasca Uni Soviet masih eksis, akan tetapi
dari hasill pemilihan umum yang kemudian dilakukan, partai komunis di Rusia
selalu kalah baik pada saat pemilihan yang dimenangkan Boris Yeltsin maupun
ketika pemilihan yang dimenangkan Vladimir Putin sebagai penerus upaya
reformasi yang dikedepankan Boris Yeltsin.
Rusia yang telah mengalami krisis ekonomi yang
parah pada awal pemerintahan Boris Yeltsin bersamaan dengan diproklamirkannya
RSFSR (Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia) sejak 12 Juni 1990
mengakibatkan banyak pengangguran di mana-mana. Boris Yeltsin berupaya keras
untuk melakukan reformasi di dalam perkembangan Rusia yang di kemudian hari
tanpa Uni Soviet. Akan tetapi puncak reformasi di Rusia mulai terasa ketika
Rusia berada di bawah pemerintahan Vladimir Putin. Selama dua dekade menjabat
sebagai presiden, Putin telah membawa kembali Rusia
menuju kebangkitannya. Rusia yang dahulunya memiliki banyak
hutang kini telah terbayar, bahkan telah memupuk kembali cadangan devisa di
negara tersebut.
Tak hanya di bidang ekonomi, di bawah Vladimir
Putin bidang religi di Rusia pun berkembang pesat dan dapat dirasakan bahwa
Rusia di bawah Uni Soviet sangat kering akan nafas religius, tapi Federasi
Rusia kini bahkan membantu meningkatkan ruh-ruh keagamaan di masyarakat Rusia.
Penduduk Rusia yang mayoritas beragama kristen ortodoks dan Islam kini mulai
membangun kembali gereja-gereja dan masjid-masjid mereka yang telah rusak atau
digunakan tidak sesuai fungsinya ketika rezim Uni Soviet berkuasa. Pada
akhirnya mereka dapat kembali melaksanakan kegiatan keagamaannya tanpa harus
sembunyi-sembunyi, bahkan lebih dari itu, mereka juga diperbolehkan untuk
mengadakan tokoh-tokoh beragama untuk serta dalam kegiatan politik.
Atas reformasi di segala bidang tersebut,
Rusia mulai mencoba kembali mengangkat kejayaan negeri layaknya Uni Soviet
dahulu. Penguatan di bidang ekonominya juga diperkuat dengan militer yang telah
banyak dimiliki warisan dari Uni Soviet terdahulu menjadikan Rusia memiliki
potensi yang besar untuk menjadi negara adidaya menyaingi Amerika Serikat.
Dalam bidang politik internasionalnya di sekitar wilayahnya, Rusia bersama
negara-negara pecahan Uni Soviet lainnya bergabung dalam CIS atau SNG
(Sodruzhestvo Nezasimikh Gosudarstv) atau mudahnya yakni “Persemakmuran
Negara-negara Merdeka” yang memungkinkan Rusia mendapat dukungan kuat dari
negara-negara bekas Uni Soviet di sekitarnya dalam melaksanakan politiknya.
E. Kebangkitan Asia:
Kekuatan-Kekuatan Baru di Dunia
Setelah beberapa tahun berlalu, perang dingin
menyisakan beberapa masalah baru di dunia, baik itu krisis ekonomi sampai
krisis politik. Adapun negara-negara lain yang tidak terlibat langsung dengan
berbagai konflik pada saat perang dingin memanfaatkan peluang dan potensi yang
dimiliki untuk menyusun kekuatan baru seoptimal mungkin.
Jepang, sejak kekalahannya pada Perang Dunia
II seakan berangkat dari titik nol untuk menjadi negara maju seperti sedia
kala. Pasca pemboman yang dilakukan Amerika Serikat di dua kota pentingnya,
yakni Hiroshima dan Nagasaki, seakan Jepang tak ingin lagi terlibat konflik
militer internasional yang pelik, kecuali tentang keamanan di sekitar dan
perebutan wilayah yang sejak awal memang telah jadi masalah sejak awal. Jepang
berusaha memperbaiki kondisi ekonominya dengan meningkatkan kualitas pendidikan
dan kemajuan teknologi di negerinya. Dengan teknologi yang
berkembang dengan sangat cepat, maka dalam beberapa puluh
tahun saja
Jepang telah dikenal kembali di mata
dunia sebagai negara yang maju bahkan menjadi negara superior di wilayah Asia.
Lain halnya
dengan Jepang, lima puluh tahun pasca perang dengan saudaranya, yakni Korea Utara
di masa perang dingin, Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat mulai
bangkit dan selalu membayang-bayangi Jepang dalam hal kemajuan teknologi dan
peningkatan kegiatan ekonominya. Kemajuan Korea Selatan ini dapat dilihat dari
banyaknya cabang perusahaan-perusahaan Korea Selatan yang didirikan di berbagai
negara, mengakibatkan Korea Selatan dengan mudah mendapat perhatian
dunia.
Dua negara yang telah dijelaskan di atas hanya
sebagian saja. Tapi pada kenyataannya, dengan berakhirnya perang dingin ini,
kekuatan-kekuatan baru di dunia baik dalam bidang ekonomi, politik, bahkan
militer mulai berkembang di negara-negara tertentu, khususnya negara-negara di
Asia. Tak hanya Jepang dan Korea, di negara-negara Asia pun mulai bermunculan
negara yang kini telah maju, seperti Singapura yang sangat maju dan sangat
dominan terhadap perekonomian di Asia Tenggara, Cina dan Taiwan yang sangat
kuat sisi perekonomian di negaranya, India dan Iran yang memiliki teknologi
nuklir yang berpotensi meningkatkan laju perkembangan ekonomi dan militer di
negaranya, dan lan sebagainya. Bahkan Cina kini dianggap sebagai kekuatan
terbesar di Asia bahkan dunia, yang mana memiliki cadangan devisa negara
terbanyak di dunia serta memiliki kekuatan militer yang sangat kuat.
F. Kemajuan Iptek Dunia: Warisan
Perang Dingin
Perang dingin selain memacu kedua blok
memperkaya kekuatan militernya juga memacu Uni Soviet dan Amerika Serikat untuk
berlomba juga dalam mengedepankan teknologi antariksanya. Dan setelah akhir
masa perang dingin, selain kedua negara tersebut di atas, kemajuan teknologi
antariksa juga mulai disusul oleh negara-negara lainnya di dunia.
Pada akhir masa
perang dingin pemimpin Cina telah berusaha untuk meningkatkan teknologi pesawat
antariksa untuk meningkatkan semangat nasional negaranya. Uni Soviet yang waktu
itu menjadi partnernya sejak masa perang dingin di kemudian hari dilanjutkan
dengan Rusia sebagai partnernya. Pada 1996 adalah masa di mana tahap
perancangan pesawat tersebut dan astronot Cina sudah dilatih di Pusat Pelatihan
Kosmonot Yuri Gagarin di Rusia. Dan pada 1998 pengembangan peluncur pesawat
luar angkasa model baru CZ-2F sebagai pesawat luar angkasa dan pembangunan
Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan telah diselesaikan. Pada 1999, Cina telah
berhasil meluncurkan pesawat tak berawaknya, dan
dilanjutkan dengan misi-misi selanjutnya pada bulan Maret dan
Desember 2002, pada Oktober 2003, dan pada Oktober 2005.12
Fakta fakta di
atas dapat kita pahami bahwa perang dingin sangat berpengaruh terhadap kemajuan
teknologi di dunia dan salah satunya adalah Cina. Peluncuran pesawat-pesawat
antariksa yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat sebuah
fenomena yang baru di bumi ini, sampai kedua negara superpower tersebut
berlomba-lomba menampilkan keunggulan teknologi antariksanya. Hal ini tidaklah
berlebih-lebihan karena justru banyak membawa manfaat baik bagi dunia karena
bisa mengeksplorasi dunia baru - luar angkasa. Dalam hal ini Cina yang
perekonomiannya sangat stabil kini telah bangkit dan siap menjadi negara
superpower selanjutnya dan disusul pula dengan negara-negara lainnya.
G. Kesimpulan
Perang dingin merupakan sebutan bagi
ketegangan dunia pasca Perang Dunia II yang diikuti perang-perang regional di
tempat tertentu yang mana melibatkan dua kekuatan besar dunia antara Blok Timur
yang didukung Uni Soviet dengan Blok Barat yang didukung Amerika Serikat.
Perang dingin berakhir setelah Uni Soviet dibubarkan. Berakhirnya perang dingin
berarti berakhir pula ketegangan antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat.
Dunia baru yang diharapkan untuk dapat hidup lebih nyaman tanpa ketegangan
akibat kekhawatiran akan terjadi perang, ternyata tidak dinikmati oleh setiap
negara. Beberapa negara masih mengalami konflik dan ketidakpastian dalam
menjalankan kehidupan bernegaranya. Bahkan setelah Amerika Serikat menjadi
satu-satunya negara adidaya yang tanpa tandingan, bertindak semena-mena tanpa
mendapat sanksi yang nyata dari PBB yang dikuasai Amerika Serikat sendiri atas
kebijakan politik luar negerinya yang mana beberapa di antaranya yakni
melakukan invasi ke berbagai tempat di dunia demi keuntungan politik dan
ekonominya. Rusia sebagai pewaris utama Uni Soviet berusaha bangkit dari
berbagai macam krisis di negaranya setelah Uni Soviet dibubarkan. Di bawah
pemerintahan Vladimir Putin, Rusia melakukan reformasi di berbagai bidang dan
hingga kini Rusia seakan berusaha terus meraih kembali kekuatan yang dahulu
pernah dimiliki Uni Soviet. Berakhirnya perang dingin juga memberi peluang
besar bagi negara lainnya untuk berkembang dan memajukan negaranya
masing-masing. Negara-negara di Asia mulai berusaha untuk maju dan bersaing
khususnya di bidang teknologi dan ekonominya. Beberapa negara Asia, terutama
Cina mulai menjadi negara super yang mungkin akan menjadi tandingan negara kuat
seperti Amerika Serikat. Pada masa perang dingin di mana kedua negara baik Uni
Soviet maupun Amerika serikat, selain berlomba-lomba dalam meningkatkan
kekuatan militer, ekonomi, dan politiknya, mereka juga berusaha untuk
meningkatkan teknologi di nengaranya. Salah satunya adalah perkembangan
teknologi antariksa dengan cepat pada masa perang dingin membuat teknologi
tersebut menjadi sangat berguna bagi manusia sampai saat ini. Pada akhirnya
dapat diketahui bahwa perang dingin memberikan selain memberikan dampak buruk,
ternyata juga memberi dampak baik terhadap perkembangan dunia.
Daftar Pustaka
Fachrurodji, A. 2005. Rusia
Baru menuju Demokrasi. Jakarta: Yayasan Obor.
Hamied, Dachlan Abdul. 2010. Harga
Demokrasi antara Baghdad dan Jakarta. Jakarta: LASPI & Centralis Press.
Himawan. 2009. Panduan
Lengkap Belajar Bahasa Korea. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
The New Fontana Dictionary of Modern
Thought, edisi ketiga. 1999.
Sumber dari Internet:
Toruan, Denis L. Perkembangan
Program Antariksa Cina Pasca Perang Dingin.
http://www.scribd.com/doc/3293066/Perkembangan-Program-Antariksa-China-Pasca-Perang-Dingin.
Diakses pada 23 Februari 2011, pukul 07.22 WIB.
http://bbc.co.uk/2/hi/middle_east/country_profiles_737483.htm;
diakses pada 22 Februari 2011, pukul 01.24 WIB
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/614785/Union-of-Soviet-Socialist-Republics
diakses pada 22 Februari 2011, pukul 16.31 WIB.
http://www.britannica.com/EBchecked/topic/125110/Cold-War;
diakses pada 22 Februari 2011, pukul 16.56 WIB
http://e-r.info/?p=4334; diakses
pada 22 Februari 2011, pukul 01.12 WIB
http://historyguy.com/gulfwar2.html;
diakses pada 22 Februari 2011, pukul 01.41 WIB
http://ohiohistory.central.org/entry.php?rec=1617;
diakses pada 22 Februari 2011, pukul 01.16 WIB
http://qitori.wordpress.com/2007//australia_akui_ada_minyak_dibalik_invasi_irak;
diakses pada 22 Februari 2011, pukul 01.03 WIB